Senin, 03 Oktober 2011

markisa ungu

ini dia si "ungu" yang akan mengantarkan ku mencapai gelar sp









PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA KOMBINASI PUPUK KANDANG AYAM DENGAN NPK (15 : 15 :15) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL MARKISA UNGU (Passiflora edulis var. edulis Sims.)

I.     PENDAHULUAN
Markisa ungu (Passiflora edulis Var. edulis Sims.) merupakan tanaman buah dari famili Passifloraceae.  Di Indonesia markisa ungu biasa dikenal dengan nama markisa siuh atau markisa asam.  Sedangkan di luar negeri markisa ungu dikenal dengan nama purple passion fruit dan merupakan salah satu dari lima jenis markisa yang dibudidayakan secara komersial dalam skala perkebunan di dunia.
Jenis markisa ini menurut Rukmana (2003) dapat tumbuh di daerah tropis baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah.  Di Australia tanaman markisa ungu telah berkembang hingga ke daerah pesisir Queensland sebelum tahun 1900 dan sampai sekarang telah memasok hingga 70% kebutuhan markisa dunia.     Sementara itu menurut Dwiragupti (1999), di Indonesia markisa jenis ini hanya diusahakan secara intensif di daerah dataran tinggi, yaitu di Kabupaten Gowa  (Sulawesi Selatan) dan Kabupaten Karo (Sumatera Utara).
Pengembangan markisa ungu di dataran rendah sampai saat ini belum diusahakan secara komersial.  Di Sumatera Barat khususnya, penanaman markisa ungu hanya dimanfaatkan sebagai tanaman pekarangan, tanaman pagar, dan tanaman sisipan atau tanaman pelindung di beberapa lahan usaha tani.  Belum adanya animo masyarakat untuk mengusahakan tanaman ini sebagai salah satu tanaman budidaya komersial diduga karena belum ada informasi ataupun penelitian mengenai pertumbuhan dan hasil tanaman markisa ungu di dataran rendah.  Selama ini tanaman markisa diketahui hanya dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian di atas 500 m dari permukaan laut.  Selain itu, jenis markisa yang dikenal luas oleh masyarakat Sumatera Barat adalah markisa konyal yang berwarna ku- ning dan banyak diperjualbelikan sebagai buah segar.
Buah yang berasa asam dengan aroma wangi ini biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku produk olahan seperti sirup, sari buah, selai, jeli, es krim, tepung markisa dan dodol (Dwiragupti, 1999).  Berkembangnya industri pengolahan hasil buah-buahan dalam skala industri dan skala rumah tangga, merupakan peluang yang besar untuk meningkatkan produksi buah markisa ungu sebagai bahan baku industri pengolahan tersebut.  Selain itu, markisa ungu juga mengandung sejumlah nutrisi yang lengkap.  Rukmana (2003), mengatakan bahwa buah markisa ungu merupakan salah satu makanan berserat yang baik bagi tubuh.      Selain berfungsi sebagai antioksidan, menurut database Departemen Pertanian Amerika cit. Sawitra (2009), dalam 100 g buah markisa ungu mengandung 400 kJ energi dan 30 mg vitamin C, 64 µg vitamin A, 0,13 mg vitamin B1, 1,5 mg vitamin B2, 14 µg vitamin B3
Data dari Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian cit. Achmad, et al. (2007) menjelaskan bahwa produksi markisa ungu Sumatera Utara pada Tahun 2005 adalah 4,719 ton dari 80,253 ha luas tanam.  Sementara itu, Sulawesi Selatan sebagai daerah penanaman markisa ungu terluas di Indonesia pada Tahun 2005 menyumbang sebanyak 7,177 ton dari 108 ha luas panen.  Padahal produktivitas hasil markisa ungu di dataran tinggi menurut Rukmana (2003) rata-rata mencapai 75 - 100 kg/ha/tahun.  Peningkatan produksi markisa ungu nasional dari tahun ke tahun masih sangat dimungkinkan dengan penyebarannya di dataran-dataran rendah serta penggunaan bibit unggul dan penerapan teknologi modern.
Rukmana (2003) menjelaskan bahwa hampir semua jenis tanah pertanian dapat ditanami markisa ungu.  Tapi pada umumnya jenis tanah yang terdapat di daerah dataran rendah adalah Ultisol.  Menurut Hakim, et al., (1986), Ultisol umumnya miskin kandungan hara terutama P, K, Ca, Mg, Na, Cu dan  kadar Zn terilusiasi dalam horizon B.  Minimnya kandungan hara Ultisol ini sangat mempengaruhi pertumbuhan markisa ungu yang membutuhkan unsur hara N, P, K, Mg dan Bo yang cukup banyak dibandingkan tanaman budidaya lainnya terutama selama fase vegetatif.  Hasil penelitian Purnamasari (2009) juga menjelaskan, bahwa Ultisol memiliki kelas tekstur liat dengan kandungan fraksi liat yang tinggi, permeabilitas tanah lambat, total ruang pori berada pada kriteria sedang, serta kandungan bahan organik rendah yang mempengaruhi berat volume tanah dan menyebabkan kemantapan agregat lemah.  Dari data analisis tanah ultisol lainnya menunjukkan bahwa Ultisol memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH 4,1 - 4,8).  Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8-12 cm) umumnya rendah sampai sedang.  Jumlah basa-basa tukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0 - 0,1 me/ 100 g disemua lapisan termasuk rendah, dapat disimpulkan potensi kesuburan alami tanah Ultisol sangat rendah sampai rendah (Syukur, 2008).
Kompleksnya permasalahan pada tanah ultisol dapat menjadi faktor pembatas  dalam budidaya markisa ungu di dataran rendah.  Cara untuk mengatasi kekurangan unsur hara dan memperbaiki sifat fisik tanah ini adalah dengan memberikan suplai hara yang cukup dan seimbang melalui pemupukan.  Pemupukan adalah suatu tindakan memberikan bahan organik maupun anorganik, alami ataupun buatan, mengandung satu atau lebih unsur hara, ke tanah dan atau tanaman sesuai yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal tanaman.
Penggunaan pupuk anorganik memegang peranan penting untuk menambah kebutuhan unsur hara tanaman, terutama pada tanah-tanah miskin hara.  Keung- gulan sifat pupuk anorganik yaitu memiliki unsur hara dalam bentuk tersedia sehingga dapat langsung dimanfaatkan tanaman sesaat setelah diaplikasikan.  Diantara penggunaan berbagai pupuk anorganik, pupuk majemuk merupakan yang pa- ling populer di kalangan petani.  Karena menurut Hakim, et al. (2006) aplikasi pupuk tunggal lebih banyak memakan waktu dan biaya serta membutuhkan fasilitas tertentu untuk mencampurnya, sementara pupuk majemuk dapat langsung diaplikasikan karena telah mengandung hara utama yang dibutuhkan tanaman dan mengandung satu atau lebih unsur sekunder dan unsur mikro.
Pupuk majemuk sebagai pupuk buatan pabrik mengandung sejumlah bahan ikutan yang tertinggal di tanah setelah unsur haranya diserap oleh tanaman.  Oleh karena itu, dibutuhkan bahan organik untuk menetralisir pengaruh negatif dari penggunaan pupuk majemuk ini.   Salah satu pupuk alam yang mengandung bahan organik adalah pupuk kandang ayam.  Disamping itu, pupuk kandang ayam juga mengandung unsur hara dan hormon tumbuh.  Simanungkalit, et al. (2006) menjelaskan, bahwa pupuk kandang ayam yang diaplikasikan di dalam tanah akan mengalami dekomposisi dan menghasilkan asam humat yang dapat bereaksi   dengan kation-kation membentuk khelat.
Manfaat pupuk kandang ayam telah banyak diteliti dan memberikan efek yang sangat besar terhadap pertumbuhan tanaman bahkan lebih besar dari kotoran hewan besar (Hakim, et al., 2006).  Pupuk  ini disamping mengandung unsur hara makro juga mengandung unsur mikro seperti Cu dan sejumlah kecil Mn, Co dan Bo yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman (Sarief  cit. Adimihardja,    et al., 2000).  Lebih lanjut hasil penelitian Husin cit. Novitan (2005) yang dilakukan pada tanah ultisol, ternyata pemberian pupuk kandang ayam sebesar 15 ton/ha dapat meningkatkan pH tanah sebesar 0,37, N total sebesar 0,242% dan P tersedia sebesar 5,9 ppm, sedangkan Al-dd tanah menurun sebesar 1,78 me/100 g tanah.  Meskipun unsur hara dalam pupuk kandang ayam lengkap, namun pupuk kandang ayam dalam waktu cepat tidak dapat langsung menyediakan hara untuk tanaman karena harus mengalami dekomposisi terlebih dahulu.  Sehingga penggunaan pupuk kandang ayam sebaiknya disertai dengan penggunaan pupuk anorganik.
Penggunaan secara kombinasi pupuk kandang ayam dengan pupuk NPK mampu meningkatkan produktivitas lahan marginal dan dapat mengatasi kelangkaan pupuk anorganik, menghemat biaya pemupukan, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, meningkatkan efisiensi pemupukan dan selanjutnya meningkatkan produktivitas tanaman.  Dari hasil penelitian Chariatmaja (2008) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik NPK (15 : 15 : 15) dapat meningkatkan  produksi tanaman kacang panjang, serta dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, baik pada lahan sawah maupun pada lahan kering.
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Beberapa Kombinasi Pupuk Kandang Ayam dengan NPK (15 : 15 : 15) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Markisa Ungu (Passiflora Edulis Var. Edulis Sims.) Di Dataran Rendah”.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan takaran kombinasi terbaik serta mengetahui respon pertumbuhan dan hasil markisa ungu pada berbagai takaran kombinasi pupuk kandang ayam dengan NPK (15 : 15 : 15).


KESIMPULAN DAN SARAN
1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa pemberian 8,212 kg/tan PKA + 0 g/tan NPK adalah takaran kombinasi PKA dengan NPK (15 : 15 : 15) terbaik yang mempengaruhi panjang tanaman, lebar daun terlebar, jumlah bunga, jumlah buah, bobot buah, dan diameter buah.  Pemberian 4,927 kg/tan PKA + 61,398 g/tan NPK dan 6,569 kg/tan PKA + 30,698 g/tan NPK memberikan pengaruh yang relatif sama terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman markisa ungu.  Sedangkan pemberian 0 kg/tan PKA + 153,494 g/tan, 1,642 kg/tan PKA + 122,795 g/tan NPK dan 3,285 kg/tan PKA + 92,096 g/tan NPK pada tanaman markisa ungu, memberikan pengaruh diawal pertumbuhan panjang tanaman, namun memperlihatkan pengaruh yang rendah terhadap hasil.

2  Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan untuk percobaan berikutnya menggunakan pupuk kandang lainnya.  Sehingga bisa diperoleh takaran pupuk yang tepat untuk semua jenis pupuk kandang yang akan digunakan untuk mensuplai kebutuhan hara tanaman markisa ungu.